Nabire – Guna meningkatkan penanganan gawat darurat oleh kalangan tenaga kesehatan (nakes), maka Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Intan Jaya, Papua Tengah, terus meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) di rumah sakit. Hal ini terbukti dengan dilaksanakannya pelatihan Kegawatdaruratan Medik (Bedah, Anak dan Penyakit dalam/interna) di Nabire selama dua hari, Rabu, (5/6/2024) dan Kamis, (7/5/2024) yang melibatkan 18 nakes terdiri dari 16 perawat, 1 bidan, dan 1 orang apoteker.
Kegiatan serupa juga telah dilaksanakan sebelumnya pada 2022 yakni pelatihan Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS) bekerja sama dengan Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia (HIPGABI) Papua. Sementara tahun 2023 telah dilaksanakan pelatihan dasar untuk membantu menyelamatkan nyawa pasien dari serangan jantung, sehingga sudah terbentuk tim code blue yang terdiri dari lima orang yaitu satu dokter, tiga perawat, dan satu bidan. BLS ini juga pelatihan dasar tetapi arahnya lebih ke cara membersihkan saluran napas yang tersumbat atau meredakan pasien yang tersedak.
Menurut Direktur RSUD Intan Jaya Kristianus Tebai pelatihan tersebut merupakan penanganan pertolongan pertama, atau serangkaian usaha-usaha pertama yang dapat dilakukan pada kondisi gawat dalam rangka menyelamatkan pasien dari kematian di RSUD Intan Jaya.
“Itu agar supaya semua tenaga kesehatan di RSUD Intan Jaya dapat menambah pengetahuan tentang pertolongan pertama gawat darurat dan memberikan ketrampilan dalam pemberian pertolongan gawat darurat,” ujarnya.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak sama dalam memperoleh derajat pelayanan kesehatan yang optimal, setiap orang berkewajiban ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, dan lingkungannya.
Sementara pemerintah berkewajiban menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat, dan pemerintah bertanggung jawab untuk meningkatkan derajat kesehatan.
“Saya berharap pelatihan ini digunakan sebaik-baiknya dari segi ilmu dan skill, karena saat ini ilmu dan skill kita sebagai tenaga kesehatan dituangkan buktinya dalam bentuk SKP dan e-Kinerja untuk kita yang ASN atau PPPK, dan pengawasan awalnya adalah pemimpin di atas kita yaitu supervisor atau manajer atau kepala seksi atau kepala bidang yang menandatangani atau paraf buku logbook kita. Lalu ujung akhirnya diverifikasi oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,” ujarnya.
Ia mengatakan, para staf jangan pernah berhenti untuk belajar ilmu atau skill terbaru yang sesuai dengan kompentensi, dari para narasumber yang notabene sebagai dokter spesialis.
“Dan satu lagi daerah kita di Intan Jaya adalah daerah sulit. Ilmu dan skill kita dapat meringankan beban kesakitan atau keparahan pasien di Intan Jaya sebelum kita merujuk ke RSUD Nabire atau Mimika. Dan semoga dari pelatihan ini kita saling mengenal, siapa tahu ada dari kita bisa bekerja sama ke depannya sebagai sama-sama ahli,” ujarnya.
Kedua pelatihan terdahulu yang dilakukan dapat memberikan Satuan Kredit Profesi (SKP) kepada dokter atau perawat yang telah mengikutinya. “SKP untuk perawat sebanyak 25 SKP. Kalau untuk dokter 250 SKP,” ujarnya.
Menurut dia, SKP ini biasa digunakan dalam menunjang kinerja untuk memastikan dokter atau perawat memenuhi kompetensi yang dibutuhkan, menjaga mutu pelayanan kesehatan, dan mematuhi peraturan seperti perpanjangan STR.
“STR itu surat tanda registrasi dimana seorang perawat atau dokter membuktikan legalitasnya [semacam SIM] bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah sebagai bukti sertifikat,” katanya.
Kepala Seksi Keperawatan RSUD Intan Jaya Dorisma Manik mengatakan pesertanya merupakan stafnya yang benar-benar mengabdi di RSUD Intan Jaya selama ini. Sehingga pentingnya dilakukan kegiatan tersebut guna menambah ilmu dalam melakukan pelayanan kesehatan di Intan Jaya.
“Pelatihan ini kami laksanakan dua hari dengan menghadirkan sejumlah dokter-dokter spesialis bedah, anak dan penyakit dalam yang bertugas di RSUD Nabire, dan luar biasa materi-materi yang telah disampaikan sangat bermanfaat sekali bagi kami,” ujar Dorisma Manik.
Ia berharap setiap peserta dapat mengerti, mengenali, dan menangani setiap kasus-kasus yang sering terjadi di dalam RSUD Intan Jaya, selanjutnya melakukan tindakan-tindakan apa saja dalam penanganan terhadap pasien atau informasi-informasi terkini, untuk menangani kasus yang terjadi di dalam rumah sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman dokter gigi atau dokter gigi spesialis, dalam penanganan kegawatdaruratan medis serta terkait perlu atau tidaknya suatu workshop atau practical training mengenai penanganan kegawatdaruratan medis.
Salah satu narasumber, dr. Amelia Kristin Simanjuntak, Sp.B mengatakan, gawat darurat adalah suatu keadaan dimana bila tidak dilakukan tindakan segera, dapat mengakibatkan seseorang kehilangan organ atau anggota tubuhnya atau dapat mengancam jiwa.
“Pada prioritas pertama yaitu pasien dengan kondisi gawat darurat yang mengancam nyawa atau fungsi vital dengan penanganan dan pemindahan bersifat segera, antara lain gangguan pernapasan, gangguan jantung dan gangguan kejiwaan yang serius,” katanya.
Ia berharap para peserta tetap berkonsultasi melalui telepon atau pesan WhatsApp guna saling membantu dalam pelayanan kesehatan di RSUD Intan Jaya maupun di RSUD Nabire.